[Cerpen] Sekarang, Apa yang Harus Dilakukan?

Gadis itu melirik berkali-kali ke telepon genggamnya. Tidak ada gunanya, tentu saja. Seingatnya, sejak pesan terakhir yang ia kirim kepada orang yang disayanginya itu, tak satupun dering terdengar di telinganya. Tak ada pesan balasan, tentu saja.

Ia telah berusaha untuk tetap optimis. Ini bulan Ramadhan. Orang yang disayanginya itu mungkin tertidur lagi setelah terbangun pada jam 11 pagi. Atau, habis pulsa. Atau mungkin dia sedang tadarus setelah mandi untuk menunggu Dzuhur. Setelah selesai, dia lanjut tadarus untuk Ashar.

Ha. Tidak mungkin.

Baca lebih lanjut

Semangat Menyambut Bulan Suci? Semangat Main Petasan?

Assalamu’alaikum, dan holla—untuk siapapun teman-teman yang dengan sengaja ataupun nyasar ke postingan ini ε===(っ≧ω≦)っGak terasa ya, udah setahun saya ga ngapdet blog ini. Ahem.

Oke, lupakan janji saya untuk rajin mengapdet blog ahahahah saya ga tahu kalau ternyata jadi anak SMA itu ibaratkan spartan siang malam atau ibaratkan rakyat yang terkena romusha jaman penjajahan Nihon. Jadi mahasiswa ntar gimana yak? Oke, lanjutkan, saya mulai ngawur. ヽ(o ̄∇ ̄o)/

Saya ini kan muslim, jadi saya tengah berada di masa hepi di Bulan Suci Ramadhan ini ~q(≧∇≦*)(*≧∇≦)p~ Bukan, bukan karena kebijakan Almarhum Gus Dur yang menyarankan libur di bulan puasa untuk sekolah negeri—which means sekolah saya juga—tetapi saya hepi karena saya bisa diet meningkatkan amal di bulan penuh berkah ini. Yay. ~( ̄、 ̄;)~

Di postingan ini saya ga mau membahas tentang gimana saya ngejalani puasa—nggak kok, nggak, soalnya ini kan masih malam keempat bulan Ramadhan. Empat hari kurang sebulan, masih panjang lagi bulan Ramadhan kita .__. Yang mau saya ceritakan ini adalah wejangan dari Ustadz ngaji saya. Saya kebetulan inget wejangan singkat itu pas saya pergi untuk ibadah tadi, dan ada segerombolan anak-anak yang haha-hihi ngumpetin petasan di baju—ebuset. (゚(゚(゚(゚Д゚)!?

Jadi kan—gini ceritanya. *duduk, sesap teh kalem* Mau teh? Ini ini ( ´・ω・`)_且~~

Baca lebih lanjut