[Cerpen] Menunggu

All that’s left is to…wait for the time to erase those feelings.

Aku terpaku di kursiku. Bergeming.

Tidak, tidak ada airmata yang jatuh kali ini. Aku sudah terlalu lelah untuk mengeluarkan substansi penuh perasaan itu; dan aku tidak berniat untuk mengeluarkannya lagi karena seorang pemuda yang sama. Sudah cukup. Sedih juga ada batasnya; dan aku percaya kalau aku sudah lama melampaui batas itu. Sekarang, semua terasa tumpul. Kosong. Kebas. Tidak ada yang bisa dirasakan sama sekali.

Aku hanya berpikir.

Benarkah begini?

Seorang perempuan tidak seharusnya mengambil kendali; kendatipun seberapa tidak mengertinya lelaki tersebut akan perasaannya sendiri, yang seharusnya dilakukan oleh seorang wanita adalah menunggu. Menunggu, menunggu, dan menunggu. Persetan dengan emansipasi wanita, toh persepsi orang-orang tidak mudah untuk diubah. Tidak pantas jika seorang wanita terlalu agresif dalam sebuah hubungan.

Terlebih, dalam sebuah hubungan yang telah berakhir. Baca lebih lanjut