“Kita gemuk dan kita berada di kasta paling bawah.”

Whut? Judul macam apa itu?

Ahaha, sebelumnya, assalamua’laikum dan hai, semuanyaaaa~~ ❤ ❤

Saya sedang sakit. Pertamanya sih agak-agak demam, terus pilek, daaaan ujung-ujungnya saya jadi batuk berdahak. Ga parah sih, cuma ujung-ujung jari dan tangan saya terus kedinginan meskipun cuacanya teriiiik banget, ditambah dengan cuaca kota saya tercinta yang belakangan ini emang rada-rada ekstrim perubahannya… jadi yah, bisa dibilang kalau sakit saya agak mengganggu (catat: cairan yang menyumbat rongga pernapasan itulah yang sebenernya mengganggu).

Oke, gak penting.

Ide untuk post ini sudah muncul di kepala saya sejak kurang lebih sebulan yang lalu, di mana saya baru saja pulang dari Try Out dan berguling depresi di atas tempat tidur saya, meratapi kenyataan bahwa saya tau saya gagal dalam mengerjakan soal-soal yang ada tadi. Saya masih terus berguling hingga adik laki-laki saya, sebut saja namanya Bunga—eh, Rafli maksudnya—masuk ke kamar saya untuk mengambil laptop dan terdiam melihat kakaknya berguling-guling.

Saya diem. Berhenti ngeguling.

Dia juga diem. Ngelihatin saya dengan pandangan mikir.

Saya langsung merasa kalau dia sedang berusaha menghadapi kenyataan miris bahwa mahkluk absurd yang berguling tadi adalah kakak kandungnya. Tapi ternyata saya salah, yang keluar dari mulutnya adalah…

“Kak, kau gendut. Aku gendut. Dan karena itu, kita ada di kasta paling bawah.”

Saya jatuh dari tempat tidur. Literally.

Ternyata yang dia pikirkan jauh lebih absuuuuurd! Baca lebih lanjut